Bakteri tuberkulosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882.
Melalui penelitian yang cukup lama pada tanggal 24 April tahun 1927,
dokter Albert Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin
berhasil menemukan vaksin untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan
vaksin Bacillus Calmette et Guerin atau BCG. Pada tahun 1930 program
vaksinasi BCG menyebabkan meninggalnya sejumlah bayi di Jerman akibat
TBC, justru setelah mereka divaksin, dan akhirnya pada tahun 1950,
Univesity Illionis di Amerika Serikat mendapat lisensi untuk memproduksi
vaksin ini dan menjualnya di AS. Namun, karena masih kuatnya
penentangan masyarakat AS, vaksin BCG tidak digunakan secara rutin.
Di
Indonesia penyakit tuberkulosis mempunyai risiko penularan cukup
tinggi, bervariasi antara 1-3% setiap tahun. Setiap tahun 10 orang akan
terinfeksi kuman tuberkulosis diantara 1000 penduduk, dan 10% dari orang
yang terinfeksi akan menjadi penderita tuberkulosis paru BTA (+).
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menderita tuberkulosis
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya disebabkan oleh keadaan
status gizi buruk atau HIV/AIDS.
Beberapa jenis komplikasi yang sering terjadi pada penderita TBC,
terutama pada stadium lanjut adalah hemoptitis berat, sering menyebabkan
kematian akibat syok hypovolemic atau tersumbatnya jalan nafas, kolaps
dari lobus akibat retraksi bronkial, terjadi pelebaran pada bronkus
(bronkiektasis) dan fibrosis, pneumotorak (adanya udara di dalam rongga
pleura). Terjadi penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan lain-lain, serta insufisiensi kardio pulmoner
(cardio pulmonary insufficiency).
Penyakit tuberkulosis yang tidak diobati setelah 5 tahun akan
mengalami beberapa kemungkinan 50% akan meninggal, 25% akan sembuh
sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, 25% menjadi kasus kronik
yang tetap menular.
Beberapa hal penting yang perlu diketahui mengenai risiko penularan
antara lain, bahwa penularan lebih mudah terjadi pada kondisi tertentu,
seperti hunian padat, situasi sosial ekonomi yang tidak menguntungkan,
misalnya keadaan malnutrisi, faktor tempat kerja yang mendukung resiko
penularan, atau pada kondisi pelayanan kesehatan yang buruk.
Upaya untuk mencegah penularan penyakit TB antara lain:
- Mengobati pasien tuberkulosis paru BTA positif sampai sembuh (ini merupakan upaya terpenting),
- Menganjurkan pada penderita agar menutup mulut dengan sapu tangan jika batuk atau bersin dan tidak meludah di lantai atau di sembarang tempat,
- Peningkatan sosial ekonomi misalnya: perbaikan perumahan dan lingkungan, peningkatan status gizi dan peningkatan pelayanan kesehatan.
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB antara lain dengan
meningkatkan gizi, memberikan imunisasi BCG kepada bayi, memberikan
pengobatan pencegahan kepada anak balita yang tidak mempunyai gejala TB tetapi mempunyai anggota keluarga yang menderita TB paru BTA positif yaitu tablet Isoniazid (INH) dengan dosis
5 mg/kg berat badan per hari selama 6 bulan dan bila anak tersebut
belum pernah mendapat BCG, maka BCG perlu diberikan sesudah pemberian
INH.
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,1 ml untuk anak atau 0,05
ml untuk bayi baru lahir. Penyuntikan harus dilakukan perlahan-lahan ke
arah permukaan (sangat superfisial) sehingga terbentuk suatu lepuh,
dilarang menggunakan alkohol dan desinfektan lainya. Menurut WHO, dari
13 vaksin BCG yang diproduksi di berbagai negara,yang memenuhi syarat
adalah strain Pasteur 1173 P2, strain Tokyo 172, dan strain Glaxo 1077.
Indonesia memakai vaksin dengan strain Pasteur 1173 P2.
Faktor imunitas memegang peranan penting dalam proses terjadinya
penyakit infeksi. Anak merupakan kelompok rentan untuk menderita
tuberkulosis, sehingga untuk memberikan perlindungan bagi anak terhadap
infeksi kuman tuberkulosis, dilakukan vaksinasi BCG yang sedapatnya
diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan. Vaksinasi BCG hanya diperlukan
sekali seumur hidup. Pemberian 2 atau 3 kali tidak berpengaruh.
Pada populasi dengan prevalensi TB yang tinggi BCG tidak bisa untuk
memproteksi berbagai bentuk baksil TB pada orang tua. Tetapi BCG dapat
memberikan tingkat proteksi yang cukup hingga di atas 50% pada anak.
Karena itulah pada daerah dengan prevalensi penyakit TB tinggi,
vaksinasi BCG hendaknya diberikan segera sesudah lahir agar anak sedini
mungkin mempunyai kekebalan terhadap TB (Briassoulis, 2005). Hal ini
disebabkan karena kontak erat terbukti sangat memungkinkan terjadinya
penularan TB. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan
untuk 10-15 tahun. Sehingga revaksinasi pada anak umumnya dilakukan
pada usia 12 -15 tahun.
Refference, antara lain :
- Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta. Depkes, RI. 2002
- Program Penanggulangan Tuberkulosis. Modul-1 ,Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis Nasional. Gerdunas-TBC. 2002
- Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. IDAI, Rahajoe, N., Cissy B Kartasasmita, Darfioes Basir, Makmuri MS. 2005.